Dangdut


Bumbu Dangdut Yang Berlebihan Identik Irotis

Dangdut selalu identik dengan goyangan. Dangdut tanpa goyangan ibarat sayur tanpa garam. Penontonpun bebas bergoyang menyalurkan pepat hati, menuruti naluri, terjun dalam kebahagiaan diri, menikmati kebebasan alami, hanyut dalam alunan musik dangdut.

Perkara goyang ini menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Yang mengecam goyangan erotis menganggap bahwa goyangan ini dapat merusak moral bangsa. Mereka menuduh bahwa yang datang menonton musik dangdut tidak untuk mengapresiasi musiknya tetapi untuk memuaskan syahwat dan birahi mereka. Dan, bila penyanyinya tidak bergoyang erotis, disuruhnya turun panggung.

goyang pemanasan awal yang mulai penonton dangdut tergiur

Bagi yang setuju, dengan bergoyang penyanyi dangdut akan dapat popularitas dan penonton mendapatkan hiburan. Sensualitas telah menjadi ajang katarsis atas beban kehidupan yang semakin sulit. Dangdut terbukti ampuh meninabobokkan masyarakat yang sedang menderita. Apalagi tema lagu dangdut yang berkisar seputar masalah percintaan dan balada kehidupan sangat cocok dengan nurani golongan masyarakat menengah kebawah yang sedang menghadapi kenaikan harga-harga akibat naiknya BBM.

Maka, berpahalalah OM Maulana yang pentas di arena Festival Kesenian Yogyakarta 2008, telah menjadi penghibur bagi masyarakat Yogyakarta untuk sejenak melupakan beban kehidupan, yang terbayang di depan mata. Goyang mas, ser ser ser…..

goyang kayang 45 derajat

goyang kayang 90 derajat

nonton goyang

goyang tangan

goyang bareng

goyang pinggang

trio goyang

pasukan goyang

kontes goyang

simbah nonton

si turis bule motret

100 % close up

panggung goyang

(sumber info : fotoesai.blogspot.com)

 

JULIA PEREZ – Belah Duren


Dangdut – Dewi Persik: Goyang Asoi

dangdut hot

RONDO EDAN

hot dangdut ketahuan


Dangdut Klasik Vs Dangdut Erotis

Tahun 1970-an, dangdut dikenal juga dengan nama musik melayu. Musiknya mendayu-dayu, mendengarkannya orang bisa menikmatinya sebagai sebuah alunan lagu. Contoh-contoh artis dangdut jaman itu adalah Ida Laela, Ahmadi dan grupnya Arwana. Gayang seperti saat ini tidak pernah dibayangkan oleh orang masu lalu bisa ada pada msuik dangdut, memang terdapat orang bergoyang tapi santai sangat santai lagu-lagu saat itu mirip-mirip lagu Melayu yang saat ini masih terdapat di Sumetera.

Era Rhoma Irama menjadi penanda awal bagi musim dangdut, musik yang asalnya mendayu-dayu dan terkesan monoton dirombak oleh Rhoma dengan memadukan unsur Rock dan India. Jadilah musik dangdut menjadi lebih atraktif dan lebih enerjik, orang bergoyang pun mulai lebih bersemangat. Artis-artis pada periode ini adalah Rhoma Irama, Elvi Sukaesih, Mansur S, dll. Periode artis-artis tersebut berjaya pada tahun 1980-an, tahun 1990-an nama seperti Imam S. Arifin, Jamal Mirdad, Evi Tamala, Yus Yunus, A. Latief, dst.  sempat berjaya. Priode ini bertahan hingga tahun 2000, tahun 2001 musik dangdut memulai babak baru, musik massa ini dihebohkan dengan kemunculan ikon baru, Inul Daratista.

Nyanyian dangdut kemudian diramu dengan goyang yang menggoda sungguh membuat banyak penikmat musik dangdut pinggiran mengenal sosok Inul. Saya sendiri mengenal Inul baru pada tahun 2000-2001, saat itu Inul sudah menjadi perbicangan di kalangan penimat dangdut Jawa Timur. Tapi jujur Inul banyak terkenal di kalangan para pemuda di JawaTimur. Dan baru tahun 2002 Inul hijrah ke Jakarta dan menelorkan lagu yang masih digarap dengan apa adanya, entah apa judul lagunya saat itu (seingat saya, Inul sudah tampil di TV nasional sebelum lagu “Cinta dikocok-kocok”).

Sejak fenomena Inul, penyanyi yang memadukan musik dangdut dengan goyangan hot terus bermunculan, Uut Permatasari menjadi penyanyi yang menasional yang mewakili kelompok ini. Padahal setahu penulis, berdasarkan rekaman video Uut pada saat ia tampil dari panggung desa ke desa lain ia adalah seorang penyanyi manis dan kalem, goyangannya biasa-biasa saja, tak tampak bahwa ia akan menjadi ikon goyang hot. Tentu saja saat Uut hijrah ke Jakarta dan menelurkan lagu putri panggung saya menjadi kaget dengan perubahan yang dramatis tersebut. Pada saat saya pergi ke Taman Remaja Surabaya (TRS) Uut juga hadir untuk mengisi acara off air, dan saya bertambah kaget saat Uut menyodorkan bokongnya ke penonton seakan menantang penonton pria yang melihatnya, hingga saya sempat berpikir nakal, “Berapa harga bokong Uut, ya ?”

Walau pun saya harus beristigfar atas niat jahat tersebut. Setelah kesuksesan dua orang biduan dangdut tersebut muncul banyak biduan beraliran serupa, sebut saja nama Trio Macan, kembar srikandi, dewi perssik, dll.

Orkes-orkes melayu pun berkembang dari orkes yang beralat musik lengkap yang untuk mengundangnya membutuhkan uang di atas lima juta berkembang hingga orkes yang hanya mengandalkan organ tunggal yang bertarif satu juta-an. Dan seronoknya hampir semua orkes-orkes tersebut mengandalkan tubuh dan goyangan dalam setiap pementasannya. Padahal suara penyanyinya pas-pasan, pas didengar pas dilihat.

Sedikit menengok ke belakang lagi. Sebenarnya dangdut dengan tari seronok dan musik keras itu sudah berkembang sejak tahun 1990-an. Saya melihatnya di pub-pub di kawasan merah Dolly. Di tempat-tempat tersebut, musik dangdut yang masih biasa-biasa saja dipadu dengan musik remix atau disco, tak tanggung-tanggung lagu-lagu Rhoma Irama yang bernada agamis pun di jadikan remix dan kemudian diperdengarkan dengan biduan-biduan samlohe lengkap dengan minuman keras di meja pengunjung. Nah, jika menilik dari sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya fenomena musik dangdut erotis yang banyak diperankan organ-oragan tunggal berawalnya dari sini, dulu hiburan yang hanya bisa dinikmati di ruangan terbatas tersebut yang meniknatinya harus sembunyi-sembunyi dari istri kini bisa dinikmati secara bebas oleh masyarakat umum dipertonotonkan di hadapan publik mulai dari nenek-neke peyot hingga anak-anak kecil yang berada dalam masa duplikasi prilaku.

Entah ini evolusi musik dangdut atau degradasi kualitas. Jika evolusi seharusnya musik dangdut mengarah pada kualitas yang lebih baik dari sebelumnya, tapi buktinya tidak. Musik dangdut saat sekarang ini kering dari nilai-nilai, musiknya tidak menggambarkan seni tingkat tinggi, lagunya pun banyak yang daur ulang dari lagu-lagu lama. Apalagi jika dilihat dari penciptaan lagu, era penciptaan lagu dangdut saat sekarang ini jauh tertinggal dari penciptaan lagu dangdut tahun 1980-1990-an baik secara kuantitas maupun kualitas. Tapi mau bagaimana lagi, eksploitasi goyangan dan tubuh akan terus marak karena laki-laki juga lebih suka melihat atau lebih tepatnya memelototi tubuh wanita ketimbang menilai kualitas suara dan artistik sebuah lagu yang dibawakan serta pesan yang ingin disampaikan. Entah ini evolusi atau degradasi ?.

sumber  : ihsanmaulana.wordpress.com | dari berbagai sumber

MUSIK DANGDUT INDONESIA DAN ASAL MUASALNYA

Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik MelayuIndia (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music. pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik

Penyebutan nama “dangdut” merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat kelas pekerja saat itu.

Dari musik Melayu ke Dangdut

Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhannya. Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan). Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India, sang pencipta Boneka dari India), Husein Bawafie (salah seorang penulis lagu Ratapan Anak Tiri), Munif Bahaswan (pencipta Beban Asmara), serta M. Mashabi (pencipta skor film “Ratapan Anak Tiri” yang sangat populer di tahun 1970-an).

Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama. Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.

Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, terompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang ‘pertempuran’ bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser ‘duel’ antara Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya.

Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi “dangdut humor” yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar PetromaksPengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OM (PHB).

Interaksi dengan musik lain

Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan mempengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut.

Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Aliran campuran antara musik dangdut & rock secara tidak resmi dinamakan Rockdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin.

Mudahnya dangdut menerima unsur ‘asing’ menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah “bajakan” lagu yang populer dari Venezuela.

Dangdut dalam budaya kontemporer Indonesia

Oleh Rhoma Irama, dangdut dijadikan sebagai alat berdakwah, yang jelas terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya dan dinyatakan sendiri olehnya. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu polemik besar kebudayaan di Indonesia pada tahun 2003 akibat protesnya terhadap gaya panggung penyanyi dangdut dari Jawa Timur, Inul Daratista, dengan goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta “merusak moral”.

Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu “terbuka” dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan. 

Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari nafas ini.

Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai fungsionaris Golkar, menyanyi lagu dangdut.

Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai “radio dangdut” juga mudah ditemui di berbagai kota.

sumber : wikipedia.org

 

VIDEO KLIP DANGDUT DANCE KOPLO :

capek deh house dangdut

GAK JAMAN PUNYA PACAR SATU-anita khaca


emang gue pikirin (Disco dangdut)

Selingkuh Lagi – Anita Khaca

Keke – Godain Kita Dong (DugemDut)


Tokoh-tokoh Dangdut Indonesia

Berikut adalah nama-nama beberapa tokoh penyanyi dan pencipta lagu dangdut populer yang dibagi dalam tiga kelompok kronologis, sesuai dengan perkembangan musik dangdut :

Husein Bawafie

Husein Bawafie adalah seniman dan sekaligus salah satu tokoh pembaharu musik Melayu atau dangdut Indonesia. Dari karya-karyanya, ia mengubah watak lagu-lagu Melayu Deli menjadi musik Melayu yang lebih dinamis dan struktur lirik dan lagu yang lebih bebas (tidak lagi berpantun). Ia merupakan pemimpin Orkes Melayu Chandralela, yang memunculkan Ellya Khadam dan Elvy Sukaesih. Dari tangannya telah tercipta lebih dari 200 lagu.

 

Elvy Sukaesih :

Elvy Sukaesih (lahir di Jakarta, 25 Juni 1951; umur 59 tahun) adalah salah satu penyanyi dangdut Indonesia yang legendaris dan dijuluki sebagai “Ratu Dangdut”. Ia lahir dari pasangan asal Sumedang. Ia mulai menyanyi sejak di bangku kelas 3 SD.

Elvy menikah pada usia muda (19 tahun) dengan pemuda keturunan Arab, Zaidun Zeth. Kariernya mulai menanjak pada awal tahun 1970-an ketika menjadi penyanyi pendamping Rhoma Irama pada Orkes Melayu (OM) Soneta meskipun sebelumnya ia telah popular di berbagai panggung. Setelah berpisah dari Soneta (pada tahun 1975), ia bersolo karier dan tetap eksis dalam musik dangdut hingga sekarang. Ia sampai sekarang dianggap sebagai salah satu penyanyi dangdut dengan kualitas suara terbaik.

 

 

Rhoma Irama :

Raden Oma Irama yang populer dengan nama Rhoma Irama (lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1946; umur 63 tahun) adalah musisi dangdut dari Indonesia yang berjulukan “Raja Dangdut”.

Pada tahun tujuh puluhan, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.

Berdasarkan data penjualan kaset, dan jumlah penonton film- film yang dibintanginya, penggemar Rhoma tidak kurang dari 15 juta atau 10% penduduk Indonesia. Ini catatan sampai pertengahan 1984. “Tak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas”, tulis majalah TEMPO, 30 Juni 1984. Sementara itu, Rhoma sendiri bilang, “Saya takut publikasi. Ternyata, saya sudah terseret jauh.”

Rhoma Irama terhitung sebagai salah satu penghibur yang paling sukses dalam mengumpulkan massa. Rhoma Irama bukan hanya tampil di dalam negeri tapi ia juga pernah tampil di Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei dengan jumlah penonton yang hampir sama ketika ia tampil di Indonesia. Sering dalam konser Rhoma Irama, penonton jatuh pingsan akibat berdesakan. Orang menyebut musik Rhoma adalah musik dangdut, sementara ia sendiri lebih suka bila musiknya disebut sebagai irama Melayu.

Pada 13 Oktober 1973, Rhoma mencanangkan semboyan “Voice of Moslem” (Suara Muslim) yang bertujuan menjadi agen pembaharu musik Melayu yang memadukan unsur musik rock dalam musik Melayu serta melakukan improvisasi atas aransemen, syair, lirik, kostum, dan penampilan di atas panggung. Menurut Achmad Albar, penyanyi rock Indonesia, “Rhoma pionir. Pintar mengawinkan orkes Melayu dengan rock”. Tetapi jika kita amati ternyata bukan hanya rock yang dipadu oleh Rhoma Irama tetapi musik pop, India, dan orkestra juga. inilah yang menyebabkan setiap lagu Rhoma memiiki cita rasa yang berbeda.

Bagi para penyanyi dangdut lagu Rhoma mewakili semua suasana ada nuansa agama, cinta remaja, cinta kepada orang tua, kepada bangsa, kritik sosial, dan lain-lain. “Mustahil mengadakan panggung dangdut tanpa menampilkan lagu Bang Rhoma, karena semua menyukai lagu Rhoma,” begitu tanggapan beberapa penyanyi dangdut dalam suatu acara TV.

Rhoma juga sukses di dunia film, setidaknya secara komersial. Data PT Perfin menyebutkan, hampir semua film Rhoma selalu laku. Bahkan sebelum sebuah film selesai diproses, orang sudah membelinya. Satria Bergitar, misalnya. Film yang dibuat dengan biaya Rp 750 juta ini, ketika belum rampung sudah memperoleh pialang Rp 400 juta. Tetapi, “Rhoma tidak pernah makan dari uang film. Ia hidup dari uang kaset,” kata Benny Muharam, kakak Rhoma, yang jadi produser PT Rhoma Film. Hasil film disumbangkan untuk, antara lain, masjid, yatim piatu, kegiatan remaja, dan perbaikan kampung.

Ia juga terlibat dalam dunia politik. Di masa awal Orde Baru, ia sempat menjadi maskot penting PPP, setelah terus dimusuhi oleh Pemerintah Orde baru karena menolak untuk bergabung dengan Golkar. Rhoma Sempat tidak aktif berpolitik untuk beberapa waktu, sebelum akhirnya terpilih sebagai anggota DPR mewakili utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis pada tahun 1993. Pada pemilu 2004 Rhoma Irama tampil pula di panggung kampanye PKS.

Rhoma Irama sempat kuliah di Universitas 17 Agustus Jakarta, tetapi tidak menyelesaikannya. “Ternyata belajar di luar lebih asyik dan menantang,” katanya suatu saat. Ia sendiri mengatakan bahwa ia banyak menjadi rujukan penelitian ada kurang lebih 7 skripsi tentang musiknya telah dihasilkan. Selain itu, peneliti asing juga kerap menjadikannya sebagai objek penelitian seperti William H. Frederick, doktor sosiologi Universitas Ohio, AS yang meneliti tentang kekuatan popularitas serta pengaruh Rhoma Irama pada masyarakat.

Pada bulan Februari 2005, dia memperoleh gelar doktor honoris causa dari American University of Hawaii dalam bidang dangdut, namun gelar tersebut dipertanyakan banyak pihak karena universitas ini diketahui tidak mempunyai murid sama sekali di Amerika Serikat sendiri, dan hanya mengeluarkan gelar kepada warga non-AS di luar negeri. Selain itu, universitas ini tidak diakreditasikan oleh pemerintah negara bagian Hawaii.

Sebagai musisi, pencipta lagu, dan bintang layar lebar, Rhoma selama kariernya, seperti yang diungkapkan, telah menciptakan 685 buah lagu dan bermain di lebih 10 film.

Pada tanggal 11 Desember 2007, Rhoma merayakan ulang tahunnya yang ke 61 yang juga merupakan perayaan ultah pertama kali sejak dari orok, sekaligus pertanda peluncuran website pribadinya, rajadangdut.com.

Sensasi Rhoma Irama :

  • Pada tahun 2003, Rhoma kembali menjadi sorotan media karena mengkritik Inul Daratista, penyanyi dangdut yang sedang naik daun karena mengandalkan gaya tarinya yang dianggap mesum. Rhoma dengan mengatas-namakan organisasi PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia), menentang peredaran album Goyang Inul yang dirilis Blackboard pada akhir Mei 2003. Pada saat itu Rhoma Irama kemudian dikecam sebagai seorang munafik oleh pendukung Inul.
  • Juga pada tahun 2003, Rhoma dalam sebuah pengerebekan, tertangkap basah beduaan sedang main kuda-kudaan di apartemen Angel Lelga, sekitar jam 11-4 pagi. Pengerebekan ini banyak ditayangkan media infotainment, dan menjadi permulaan turunnya pamor raja dangdut ini. Kejadian ini disanggah Rhoma dengan berdalih bahwa ia hanya memberikan nasehat dan petuah agar menghindarkan Angel Lelga dari jurang kenistaan, setelah beberapa waktu kemudian rhoma mengakui bahwa ia sebenarnya telah menikah dengan Angel Lelga.
  • Pada November 2005, tayangan Kabar-kabari memberitakan Rhoma Irama mengatakan GIGI adalah band frustasi dan tidak kreatif. Komentar tersebut berhubungan dengan kesuksesan album rohani Raihlah Kemenangan yang dirilis GIGI. Menurut Rhoma, album yang sepenuhnya berisi lagu aransemen ulang itu mengesankan kelompok musik tersebut sebagai band yang frustasi dan tidak kreatif. Berita ini kemudian disanggah oleh Rhoma. (Sebenarnya berita ini sudah di ralat, setelah Rhoma Irama mengirimkan protes ke meja redaksi RCTI dan manajemen acara infotaintment KABAR-KABARI. Berita ini beredar karena kesalahan narator dalam menanggapi berita tentang pernyataan Rhoma Irama. Dan Rhoma Irama sendiri dengan band GIGI tidak ada masalah dan “santai” saja.
  • Pada Januari 2006, kembali Rhoma di hadapan anggota DPR mengeluarkan pernyataan menentang aksi panggung Inul, dalam dengar pendapat pembahasan RUU Antipornografi antara DPR dan kalangan artis.

Keluarga Rhoma Irama :

  • Rhoma menikahi Veronica pada 1972, seorang wanita Nasrani yang menjadi muslim setelah dinikahinya, yang kemudian memberinya tiga orang anak, Debby (31), Fikri (27), dan Romy (26). Rhoma akhirnya bercerai dengan Veronica bulan Mei 1985.
  • Sebelum bercerai, sekitar setahun sebelumnya, Rhoma menikahi Ricca Rachim, juga seorang wanita Nasrani yang kemudian menjadi muslim setelah dinikahinya — lawan mainnya dalam beberapa film seperti Melodi Cinta, Badai di Awal Bahagia, Camellia, Cinta Segitiga, Pengabdian, Pengorbanan, dan Satria Bergitar. Hingga sekarang, Ricca tetap mendampingi Rhoma sebagai istri.
  • Pada tanggal 2 Agustus 2005, Rhoma mengumumkan telah menikahi artis sinetron Angel Lelga secara siri pada 6 Maret2003, namun hari itu juga ia menceraikannya.
  • Veronica sempat menikah kembali (1991) kemudian sang suami yang seorang pejabat meninggal, Veronica sendiri meninggal di tahun 2005 dengan mengalami berbagai penyakit, anak-anaknya mengakui pada pers selama Veronica sakit Rhoma Irama lah yang menanggung semua biaya perawatan hingga ke Singapura mengingat Veronica bukan lagi artis yang produktif dan telah menjadi janda karena suaminya telah meninggal. Keluarga mencatat bahwa Rhoma tetap berperan dalam keluarga tersebut.
  • Pada saat Rhoma Irama digerebek oleh wartawan di Apartemen bersama Angel Lelga sebenarnya keduanya telah menikah secara siri, otak dibalik pengerebekan tersebut adalah Yati Octavia dan suaminya Pangky Suwito yang juga tinggal di Apartemen Semanggi dan turut hadir bersama wartawan pada saat pengebrekan.

sumber : wikipedia.org | dbs

 

VIDEO KLIP DANGDUT NOSTALGIA :

Raja Dangdut RHOMA irama – Nostalgia

Raja Dangdut Rhoma irama – begadang

Raja Dangdut Rhoma Irama Darah Muda

RATU DANGDUT ELVY SUKAESIH – BISIK BISIK TETANGGA

Ratu Dangdut Elvy Sukaesih – Goyang Dangdut

Ratu Dangdut Elvy Sukaesih-Pengobat Rindu

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=jdeGJ7E6OiI&feature=related

Tinggalkan komentar

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...